Sunday, December 7, 2014

GARY STU

Datang kala surya memeluk
Melepaskan titik titik cahaya dibalik pejamnya mata
Awalnya membuat takluk
Pabila sesuatu merasuk,
Tidak bukan adalah hati yang terantuk

Tak mau terjatuh,
Sudah terlalu jauh
Ku gemakan rasa angkuh
Bagi yang tak kenal keluh

Ku tanya, mengapa?
Berputar sesuka hati,
Berlari sesuka hati,
Tersenyum, bermuram durja, menatap lalu berpaling
Datang dan pergi membawa bara
Memanah lalu melepaskan

Membekas di raga dan jiwa
Buat apa?
Tanpa arti, seperti tatapan matamu setiap senja
Kala purnama datang, kau memilih sendiri

Terkadang hitam berani putih,
Karena telah mengetahui keasliannya adalah hitam
Sehingga ia tahu kemana,
Saat harus kembali ke awal

Ingin rasanya menjadi waktu
Agar bisa lari, menyelamatkan rasa
Agar bisa menghabisi nyawa makna
Menenggelamkan memori lama yang selalu bergema
Mengapa harus tak bisa?

Bagaimana pula
Cara menyembuyikan langkah?
Sorotmu matamu menyapa
Manakala kata dariku mengudara, sampai jumpa

Saturday, November 1, 2014

MEMOAR 275

Ada noda bila helaimu terlahir putih,
harus ada noda bila helaimu terlahir putih.
Bersyukurlah ada noda karena helaimu terlahir putih.
Karena bila ada noda maka helaimu terlahir putih.
Tanpa noda helaimu bukan putih.

Catatan: Terkadang hitam berani putih karena ia telah mengetahui bahwa asalnya adalah hitam, sehingga ia tahu kemana saat harus kembali ke asal.

Saturday, August 30, 2014

TEMPUS FUGIT

Ketika membacanya, aku seperti tahu bahwa aku akan sering mendengarnya di masa depanku. Aku akan sering menuliskannya di sebelah namaku, aku akan membuat orang-orang terdekatku pun sering memanggilnya.


Ketika musim panas datang, aku mengawetkannya hingga musim dingin tahun ke tiga.


Kini debu waktu telah menyelimutinya. Memunculkan goresan-goresan yang dalam, jika aku menyentuhnya akan terasa perbedaannya.


Musim gugurku tidak berbeda dengan daun-daun yang berjatuhan di atas kepalaku. Mengering seperti lukaku.






Sunday, May 25, 2014

NASIB SENIMAN


Kaum pecinta keindahan
Kaum pemuja aksara
Kami, seniman ibukota
Yang dipandang sebelah mata

Kami yang suka meracik kata
Kami, menghirup imajinasi
Bernafaskan surealisme
Kami, yang biasa makan diskriminasi

Menyeduh kopi senja dipinggiran kota Jakarta
Kaum kapitalis berlalu-lalang
Memandang sebelah mata
Seolah kami berbeda
Dari kaum yang buta makna, memang

Seni tak semurah itu
Kami bukan budak barang fana
Yang bisa diracun harta
Bukan sanjungan yang kami cari
Bukan juga apresiasi

Hanya sedikit ruang yang kami cari
Agar setiap aksara kembali bercahaya
Setiap goresan bebas berkelana
Warna-warna melayang di udara
Dunia kami tak akan pernah mati
Kami tak akan berhenti

Friday, May 9, 2014

COLDPLAY'S GHOST STORIES

Coldplay kembali meluncurkan album barunya yang keenam, "Ghost Stories". Dari judulnya aja udah menarik seolah fairytale-fairytale an banget. Album ini akan dirilis 19 Mei 2014 dan berisi sembilan lagu. Saya sendiri baru mendengar 6 lagu diantaranya yaitu Magic, Oceans, Midnight, Sky Full of Stars, True Love dan O. Dari judul-judulnya aja bagi saya juga udah menarik. Kata-kata simpel dan klise kayak True Love salah satu contohnya, tapi punya power di meaningnya. Lagu pertama yang saya dengarkan melalui Youtube adalah Magic. Baru pertama nonton udah terkesima karena konsep lagu ini dibikin short movie lagi kayak Paradise di album MyloXyloto dulu yang sukses habis-habisan ditonton 250 juta orang di youtube. Di lagu Magic ini bahkan ngedatengin aktris terkenal yaitu Zhang Ziyi. Alur ceritanya gak begitu mudeng cuman yang pasti ini tentang cinta segitiga antarpesulap. Nah saya biasanya lebih fokus ke mendengarkan lagunya daripada menonton filmnya, dan di lagu ini jujur sejujur-jujurnya menurut saya biasa aja untuk ukuran sebuah band sekelas COLDPLAY. Sangat disayangkan padahal videonya udah niat banget sampe di endingnya Chris Martin bisa terbang-terbang segala dengan segala efek visual yang canggih-canggih. Gak puas sama lagu pertama, saya coba dengerin lagu Midnight. Videonya juga kreatif macem band The XX, pake efek negatif. Coba aja nonton. Cuman sayang sekali lagi, lagu yang jadi primadona di album inipun beda citarasa sama lagu-lagu Coldplay di album yang sebelumnya. BIASA, banget. sorry to say but i dont know wth is happened with Chris Martin after dia breakup sama Gwyneth, padahal setahu saya karya seseorang yang diciptakan dalam keadaan lagi patah hati itu biasanya bakal calon jadi masterpiece. Tapi menurut saya Midnight nadanya cenderung monoton dan kurang ada klimaksnya. Kurang dapet eargasmnya lah istilahnya. Terus saya coba denger lagu yang judulnya Oceans, saya menonton Chris Martin yang membawakan lagu ini secara live di siaran BBC UK Radio #1. Pertama denger intronya kayak Best I Ever Had-nya Vertical Horizon, mirip gak boong. Terus ketika Chris Martin mulai nyanyi saya baru bisa menikmati lagunya. Cuma lagu ini satu-satunya yang cocok sama judulnya. Finally I'm falling in love with this song, ya, kayaknya lagu ini doang. Lagu ini masih lebih 'Coldplay' daripada yang lain di album ini. Dan di pertengahan lagu mulai ada nada-nada yang mirip kayak Unintended-nya Muse. Bahkan endingnya mirip banget kayak endingnya Unintended-nya Muse. Petikan gitar sama suaranya seakan Matt Bellamy sungguhan. Tapi overall saya suka banget sama Oceans.
Lagu selanjutnya yang saya dengarkan adalah A Sky Full Of Stars. Saya tahu seriang-riangnya lagu Coldplay tapi gak begini. Lagu A Sky Full Of Stars ini bahkan udah mulai kayak lagu-lagu kekinian dan ada unsur kedisko-diskoannya, entah saya lagi salah denger atau Chris Martinnya yang lagi hopeless pasca kandasnya rumah tangganya baru-baru ini. Sangat disayangkan banget padahal ekspetasi saya terhadap lagu Coldplay di album baru ini tinggi banget. Saya berharap lagu-lagunya bakal sesukses MyloXyloto tapi kenyataannya biasa banget. Saya gak mengatakan kalau Coldplay jelek di album ini tapi sekali lagi, untuk band sekelas Coldplay harusnya bisa lebih baik dari ini. Kalau boleh saya beropini Chris Martin sepertinya lagi krisis identitas, padahal Coldplay lagi produktif-produktifnya. Alhasil jadilah lagu-lagu Coldplay yang serba nanggung. Tapi kembali lagi, ini masalah taste of music. Dan tentu saja saya juga gak akan meninggalkan Coldplay, saya udah terlanjur suka dan cocok sama band ini, meskipun gak secocok sama Oasis dan Blur. Saya tetap mendukung Coldplay saat lagunya biasa saja, sama seperti saya mendukung saat lagu-lagu Coldplay (hampir selalu) luar biasa. Lagu-lagu favorit saya antara lain adalah kebanyakan yang menstrim-menstrim sih, contohnya Fix You; lagu pertama kali yang bikin saya tahu band Coldplay. Lagu ini entah kenapa setiap kali didengarkan saya merasa seperti berada dalam sebuah gereja katedral, dengan visualisasi pengantin yang ditinggalkan oleh kekasihnya. Padahal lagu ini aslinya tentang pacar Chris Martin yang ayahnya saat itu meninggal, makanya diberi judul Fix You. Lagu lain yang saya suka juga meinstrim banget, yaitu Paradise. Yellow versi akustik jauh lebih eargasm ditelinga saya dibanding versi aslinya. Selain itu saya juga menfavoritkan Gravity yang liriknya ngena banget. A Message, The Escapist dan Strawberry Swing juga selalu menjadi lagu masterpiece Coldplay bagi saya, gak peduli sudah berapa tahun lagu ini selalu bersama saya.
Ghost Stories Trailer

Monday, March 31, 2014

12 MUST READ BOOKS FOR SPRING 2014

1. Norwegian Wood by Haruki Murakami
2. Pride and Prejudice by Jane Austen
3. The Alchemist by Paulo Coelho
4. Looking for Alaska by John Green
5. Lolita by Vladimir Nabokov
6. The Catcher in the Rye by J.D. Salinger
7. The Great Gatsby by F. Scott Fitzgerald
8. Les Miserables  Victor Hugo
9. The Bell Jar by Sylvia Plath
10. The Importance of Being Earnest by Oscar Wilde
11. IT by Alexa Chung
12. Eternal Sunshine of The Spotless Mind by Charlie Kaufman

Efek Rumah Kaca


1. Jatuh Cinta Itu Biasa Saja — Efek Rumah Kaca
Lagu ERK paling pertama yang saya tahu dan saya langsung jatuh cinta. Ya, masa SMA saya memang dengerinnya ERK dimanapun, kapanpun. Jadi lagu ini adalah inspirasi waktu saya kelas 2 SMA saat mendapat tugas menulis puisi di kelas Bahasa Indonesia. Saya mengambil beberapa liriknya dan judulnya saya buat sama, yaitu Jatuh Cinta Itu Biasa Saja. Lalu saya gabungkan dengan ayat-ayat melankolis buatan saya. Sebenarnya saya nggak mau yang melankolis-melankolis, tapi karna temanya sudah ditentukan yaudah saya nurut aja.

2. Di Udara
Saya pertama kali sadar bahwa saya jatuh cinta sama suara Cholil Mahmud saat di bagian reff lagu ini! Lagu ini ditujukan buat Alm. Munir, aktivis HAM pada saat itu yang tewas didalam pesawat menuju Amsterdam karena keracunan, atau lebih tepatnya diracuni oleh oknum-oknum tertentu yang Kalian-Tahu-Siapa. Bisa dilihat jika kalian memperhatikan lirik-liriknya. Liriknya brilian banget kalau saya bilang karena dia bisa menyindir dan menusuk sekaligus mengenang tanpa menyebut nama.

3. Balerina
Lagu ini punya kesan khusus di kuping saya, dan saya gak pernah bosen sama lagu ini. Dan saat jaman SMA dulu, setiap kelas menggambar saya selalu ngumpet-ngumpet pasang headset untuk dengerin lagu ini. Entah kenapa rasanya cocok aja menggambar sambil mendengarkan lagu ini di kuping saya. Guru saya yang awalnya gak tahu pada akhirnya tahu, tapi saking kekeuhnya nerusin kebiasaan ini jadi akhirnya dia biarkan aja. Selain buat nemenin menggambar, akhirnya lagu ini juga selalu menemani saya saat dulu masih sering berpergian ke Kota Tua.

4. Hujan Jangan Marah
Saya paling suka liriknya di awal-awal yang puitis banget (semua lirik lagu ERK puitis, tapi di lagu ini kental bgt kayak susu). Kesan lagu ini emang dark banget, ini lagu kedua selain Desember yang ERK bikin tentang hujan. Tapi saya dengerin berkali-kali bukannya semakin bosan tapi malah makin suka. Apalagi pas bagian reff nya Cholil berkumandang, "Hujan! Hujan! Jangan marah" merinding saya dengerinnya.

Itu dia 4 lagu ERK favorit saya, tanpa mengurangi respek saya terhadap lagu-lagu ERK favorit saya yang lain seperti Jangan Bakar Buku, Kamar Gelap, Hilang, dan Mosi Tidak Percaya.