Kaum pecinta keindahan
Kaum pemuja aksara
Kami, seniman ibukota
Yang dipandang sebelah mata
Kami yang suka meracik kata
Kami, menghirup imajinasi
Bernafaskan surealisme
Kami, yang biasa makan diskriminasi
Menyeduh kopi senja dipinggiran kota Jakarta
Kaum kapitalis berlalu-lalang
Memandang sebelah mata
Seolah kami berbeda
Dari kaum yang buta makna, memang
Seni tak semurah itu
Kami bukan budak barang fana
Yang bisa diracun harta
Bukan sanjungan yang kami cari
Bukan juga apresiasi
Hanya sedikit ruang yang kami cari
Agar setiap aksara kembali bercahaya
Setiap goresan bebas berkelana
Warna-warna melayang di udara
Dunia kami tak akan pernah mati
Kami tak akan berhenti
No comments:
Post a Comment